Container Yard yang sudah dilengkapi dengan Automated Stacking Crane (ASC) diambil dari menara kontrol ASC. |
Ok, saya akan melanjutkan tulisan pengalaman Kunjungan Terminal Teluk Lamong, Green Port Pertama di Indonesia. Dari tempat saya menyaksikan simulasi kegiatan Exercise ISPS Code 2017 ini, saya bisa melihat tabung-tabung raksasa yang berdiri di kejauhan sana. Biasanya disebut silo. Sedangkan di sebelah timur gedung workshop, saya melihat empat tiang baja besar mondar-mondir bergantian. Maju mundur diantara tumpukan peti kemas beragam warna sambil sesekali mengangkut peti kemas. Jika diamati baja-baja tersebut bergerak maju mundur dengan halus dan terbilang cukup cepat. Namun tidak terlihat adanya ruang kemudi sama sekali.
Rasa penasaran saya akhirnya terjawab setelah kami diajak untuk melihat langsung ke menara kontrol. Tiba di depan pintu masuk, kami dipersilahkan untuk melepas sepatu. Bukan karena ruangan ini beralaskan karpet namun sepertinya karena alasan kebersihan dan kenyamanan para personel di ruangan tersebut. Dan bagi saya memang lebih nyaman tanpa sepatu sih, rasanya lebih bebas hehe…
Di ruangan ini, kami mulai bisa melihat dengan jelas kecanggihan yang dimiliki oleh Terminal Teluk Lamong. Kami bisa melihat lapangan tumpuk kontainer dan alat yang dari tadi bergerak otomatis melalui dinding kaca. Dari penjelasan Reka Yusmara-Humas Terminal Teluk Lamong, akhirnya saya mengetahui alat canggih itu bernama Automated Stacking Crane (ASC). ASC ini digerakkan menggunakan tenaga listrik dan sudah semi otomatis. Terminal Teluk Lamong ini merupakan terminal pertama di Asia yang menggunakan ASC canggih ini. Sedangkan di dunia. Indonesia melalui Terminal Teluk Lamong menempatkan diri sebagai negara ke empat. Keren kan?!
ASC ini bergerak, mengangkut dan menumpuk peti kemas secara otomatis tanpa pengemudi berdasarkan rule sistem yang sudah dibuat oleh tim planner. Dengan penggunaan peralatan modern semi otomatis ini, TTL bisa lebih menjanjikan keamanan, kecepatan serta ketepatan waktu bagi pengguna jasa.
![]() |
Ruang Operator ASC Terminal Teluk Lamong |
Selain itu di ruangan ini terlihat beberapa LCD yang dipasang dengan posisi yang lebih tinggi daripada yang lain. Layar-layar tersebut menampilkan suasana lapangan kontainer secara realtime. Sedangkan LCD di meja-meja yang dilengkapi joystick, sesekali menampilkan gambar realtime dari kamera ASC secara otomatis menggantikan logo besar bertuliskan huruf "C"-agak menengadah ke atas- ketika peti kemas yang diangkut ASC sudah berada di ketinggian kurang lebih 3 meter di atas truk pengangkut. Kalau sudah begini, pasti akan ada operator yang langsung sigap memainkan joysticknya.
Tugas operator ini adalah untuk memastikan kontainer atau peti kemas yang diangkut ASC benar-benar terpasang dengan tepat ke atas truk pengangkut atau sebaliknya yaitu mengambil kontainer dari truk. Selebihnya sesuai namanya ASC ini bergerak secara otomatis. Kerennya lagi, beberapa operator ASC diantaranya perempuan lho! Jujur, kami yang melihatnya pun jadi tertantang ingin menjajal menjadi operator ASC. Namun tentunya tidak diperbolehkan karena terlalu beresiko sedangkan kami belum terlatih hehe...
Oh iya, ada satu informasi yang lupa tidak disampaikan tadi. Lapangan tumpuk kontainer di TTL juga merupakan satu-satunya lapangan tumpuk di Indonesia yang antara kontainer ekspor dan impor menjadi satu." jelas Reka Yusmara.
Setelah cukup puas melihat-lihat ruang operator ASC, kami diajak untuk melihat-lihat dermaga TTL. Kami pun kembali masuk ke dalam bus mini karena jarak dermaga cukup jauh. Saya memprediksinya jarak dermaga dari ruang operator ASC sekitar 1 km. Dalam perjalanan, saya melihat lampu-lampu di sepanjang jalan menuju dermaga Terminal Teluk Lamong ini terpasang panel surya di ujung tiangnya. Tidak lama kemudian nampak silo-silo yang terlihat semakin besar. Kemudian juga ada conveyor yang terhubung ke silo dan gudang penyimpanan yang memanjang hingga dermaga. Conveyor ini berguna untuk mempermudah kecepatan dan ketepatan pelayanan curah kering TTL.
![]() |
Beberapa peserta blogger goes to Lamong tidak lupa untuk mengabadikan kebersamaan. (dokumentasi milik http://www.widyantiyuliandari.com) |
Setibanya di dermaga, crane-crane raksasa langsung menyambut kami. Crane canggih ini memiliki nama Ship to Shore (STS). Saat ini TTL memiliki 10 STS untuk melayani kapal domestik dan internasional. Kemampuan angkat STS adalah 35box / jam, dan berkemampuan twin lift (mampu mengangkat 2x20 feet sekaligus ). Yang bikin saya kagum lagi, dermaganya bersih. Ternyata rahasianya adalah karena STS yang beroperasi di dermaga TTL ini bertenaga listrik sehingga mendukung TTL untuk melakukan kegiatan ramah lingkungannya.
Beberapa orang dari kami ditawari kesempatan untuk naik ke STS yang sedang beroperasi. Namun sayang, saya kalah gerak cepat dari yang lain. Saya tidak masuk dalam hitungan untuk berkesempatan ikut naik ke atas ruang STS. Beruntungnya kami, ada pegawai TTL lainnya yang menawarkan kami untuk naik crane yang satunya lagi, namun STS yang saya naiki sedang tidak beroperasi. Jadi saya beserta tiga orang blogger lainnya hanya bisa naik sampai ketinggian sekitar 35 meter, tidak bisa ke ruang kemudi operator. Oh iya lupa, STS ini ada liftnya, jadi kami tidak perlu bersusah payah untuk mendaki puluhan anak tangga. Rasanya cukup mendebarkan karena tidak semulus lift di mall-mall tetapi pengalaman ini sangat menarik hehe…
Berlanjut ke: Fakta-Fakta Menarik Kecanggihan Terminal Teluk Lamong.
Berlanjut ke: Fakta-Fakta Menarik Kecanggihan Terminal Teluk Lamong.
Dan... Aku baru tahu bahwa sebuah port juga bisa memiliki layanan curah kering. Wkwkwk... Untung ikut kemari. Kudetnya akuuuu
BalasHapuswkwkwkwk ... kalau saya ini pertama kalinya masuk ke terminal peti kemas :D
HapusWah... baru tahu nih kawan
BalasHapussemoga bermanfaat informasinya :) terimakasih untuk kunjungannya
Hapusmantab kali bang...keren teluk lamong..tulisannya juga kece...
BalasHapus