Akhir-akhir ini dengan mudahnya kita melihat postingan ujaran kebencian. Khususnya yang beredar di social media. Saling perang dengan cacian, saling menghujat dengan kalimat yang keras dan kata-kata kotor seakan-akan sudah menjadi hal yang tidak tabu lagi untuk dilontarkan di social media. Padahal jika kita menganggap berteriak-teriak dengan penuh amarah di sebuah mall itu adalah hal yang memalukan, maka seharusnya kita jauh merasa lebih malu saat saling menghujat, saling mencaci di social media. Ratusan, ribuan bahkan jutaan orang membacanya.
Belum lagi jika ada oknum yang menebar ujaran kebencian, provokasi, dan berita hoax. Korbannya bukan sekedar teman dia sendiri saja melainkan bisa meluas hingga seluruh Indonesia. Saya ambil satu contoh gampangnya saja, masih ingat kasus hoax penculikan anak di suatu daerah yang katanya pelaku menyamar jadi orang gila, yang kemudian mengambil organ dalam korban?
Siapa yang panik? Yang panik hampir seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini bisa kita lihat di beberapa group/facebook. Satu postingan satu orang saja bisa dishare dan dikomentari puluhan ribu orang, belum lagi peredaran di group Whatsapp. Hampir semua ibu-ibu yang punya anak kecil menjadi panik dan ketakutan berlebihan bahkan beberapa orang gila yang tidak bersalah pun dilaporkan telah menjadi korban amukan massa. Menyedihkan!
Siapa yang panik? Yang panik hampir seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini bisa kita lihat di beberapa group/facebook. Satu postingan satu orang saja bisa dishare dan dikomentari puluhan ribu orang, belum lagi peredaran di group Whatsapp. Hampir semua ibu-ibu yang punya anak kecil menjadi panik dan ketakutan berlebihan bahkan beberapa orang gila yang tidak bersalah pun dilaporkan telah menjadi korban amukan massa. Menyedihkan!
Jika kita perhatikan, semua orang berlomba-lomba membagikan berita tentang penculikan tanpa peduli itu hoax atau tidak. Padahal jika kita mau amati dan kroscek sejenak, berita tersebut adalah berita hoax (palsu). Dengan bermodal photo, lokasi dan nama aparat diganti sesuai daerah tertentu agar terlihat meyakinkan. Bahkan ada oknum yang mendubbing (mengalih suara) sebuah video kejadian di luar negeri agar kejadian itu seolah-seolah terjadi di Indonesia. Ehm.. ada ya orang yang bercandanya seperti itu? Masihkan kita berada di Indonesia?
Belum lagi persoalan pilpres 2014 yang masih menyisakan sekat antar golongan hingga kini. Come on guys, yang dulu tidak memilih Jokowi-JK, jangan sampai menjadi pembenci sejati yang terus-menerus menebar kebencian dan fitnah. Kritik boleh, fitnah dan menebar kebencian jangan!. Sebaliknya untuk yang dulu menjadi simpatisan Jokowi–JK, janganlah terlalu fanatik. Presiden dan Wapres RI, bukan milik golongan tertentu apalagi milik pendukungnya saja. Indonesia ini milik kita bersama kawan! Kebhinnekaan yang ada, mari kita pertahankan dan pelihara bersama.
***
Dari Kiri-Kanan, Bapak Ma'ruf Cahyono (Sekjen MPR RI), Bapak Andrianto SE & Avy Chujnijah. |
Sabtu (4/11/2017), saya termasuk salah satu blogger yang terpilih untuk menghadiri acara Ngobrol Bareng MPR RI di Ruang Studio V, Hotel Fairfield by Marriot, Surabaya, Jawa Timur. Sesuai dengan nama acaranya, narasumber acara ini adalah Bapak Ma'ruf Cahyono (Sekjen MPR RI), Andrianto SE (Kepala Bagian Pusat Data dan Sistem Informasi), dan perwakilan blogger asal kota Surabaya, Avy Chujnijah. Acara ini juga dihadiri kurang lebih 53 netizen yang terdiri dari blogger, youtuber, selebgram dan wartawan online di kota Surabaya.
Sebelas duabelas dengan yang saya tuliskan di awal tadi, Andrianto mengawali obrolan dengan bahasan maraknya ujaran kebencian dan hoax. Menyikapi hal itu Andrianto mengatakan netizen harus bijak menyampaikan informasi dan harus pandai memanfaatkan teknologi informasi.
"Yang penting antara pengetahuan dan literasi harus dilakukan. Konsep penebalan literasi sangat penting terkait dalam kehidupan bernegara. Kita tidak bisa menangkal arus informasi yang begitu deras, tapi kita bisa membentengi diri lewat Empat Pilar," kata Adrianto.
Salah satu poin utama acara ini adalah sosialisasi 4 Pilar MPR RI. MPR RI sebagai rumah kebangsaan dengan semangat kekeluargaan negara Indonesia, memiliki tanggung jawab untuk memelihara nilai-nilai fundamental kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan mandat konstitusional yang diembannya. Di hadapan para netizen dan blogger yang hadir, Ma'ruf Cahyono memaparkan 4 Pilar MPR RI dengan bahasa yang mudah dipahami dengan menyampaikan nilai-nilai luhur yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat yang majemuk di negara tercinta ini.
Adapun 4 Pilar MPR RI tersebut adalah:
1. Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara.
2. UUD Negara Republik Indonesia 1945 sebagai konstitusi negara.
3. NKRI sebagai bentuk negara.
4. Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara..
Ma'ruf juga mengatakan, peran dan blogger netizen luar biasa dalam ikut serta menginformasikan kepada masyarakat, khususnya kegiatan MPR terkait sosialisasi empat Pilar MPR RI ini.
"Peran serta para netizen dan blogger ini kita manfaatkan dalam rangka upaya membangun kesadaran terhadap implementasi Pancasila, membangun kesadaran konstitusi UUD NRI 1945, bangun kesadaran semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan demi berlangsungnya Negara Kesatuan RI," katanya.
Netizen dengan seluruh komunitasnya, diharapkan bisa menjadi mitra MPR dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya kepada generasi muda yang sangat aktif menggunakan social media dan perkembangan teknologi informasi (*/zam).
Tunaikan tugasmu menyebarkan virus 4 pilar wahai anak muda... :D
BalasHapussiap bu diane hehe.. :D
Hapus