Fotografi

Road to MT Papandayan, Sebuah Pendakian yang Mengesankan

Sabtu pagi (1/11), sekitar pukul 06.30 saya sudah bersiap di lantai 2 hotel untuk sarapan pagi sebelum kami  bersiap meluncur ke Stasiun Bandung dari Jakarta. Pukul 07.30 mobil sewaan kami sudah terlihat menunggu kami di depan hotel. Tidak butuh lama untuk segera meluncur karena kami sudah sangat antusias menyapa destinasi wisata alam ini.  Kami adalah 6 pemenang lomba instagram dan 1 orang dari pihak penyelenggara. 

Kilometer demi kilometer kami susuri jalanan ibukota dengan cukup lancar sampai akhirnya disapa kemacetan jalan tol ibukota. Ya inilah keadaan jalan tol Jakarta di akhir minggu (weekend).  Entah sudah berapa menit, saya terlelap dalam perjalanan sampai akhirnya saya terbangun saat mobil sudah memasuki tol Cipularang arah Bandung.

Beberapa menit kemudian, kami sudah memasuki kota dimana saat ini di nakhodai Bapak Ridwan Kamil, tepat sebelah kanan mobil kami—di ruas penyangga bawah jalan layang yang dijadikan taman bunga (pembatas jalan) terlihat beberapa spanduk pencitraan (branding) “urang bandung mah someah” atau artinya kurang lebihnya “orang Bandung itu ramah”dengan beberapa gambar orang yang berprofesi berbeda, branding yang sangat menarik bagi saya dan patut ditiru kota lainnya di Indonesia. Selain itu tampak juga taman yang cukup luas dan menarik di bawah jalan layang yang saya lewati, jika tidak salah menebak taman tersebut adalah Taman Jomblo Pasopati dengan ciri khas bangku taman yang berbentuk kubus. Sayang sekali kami tidak sempat menikmati taman ini padahal kami mayoritas jomblo saat itu hahahaha ... kami saat itu semua berangkat tanpa pasangan hehehe #ngeles

Akhirnya kami tiba di Stasiun Bandung walaupun sebelumnya sempat bingung. Kami bertujuh segera turun dari mobil dan istirahat sejenak kemudian melanjutkan  perjalanan menuju Kota Garut.  Sekitar pukul 11.30 WIB kami sudah meluncur kembali bersama mobil tour guide kami. Pukul 13.30 WIB berhenti sejenak untuk makan siang di warung makanan pinggir jalan, sayangnya “Aseeemm!!! sayur apa ini yang saya makan???, pahiiiittt sekali”, selera makan langsung hilang, rasa ketir sayur yang bentuknya seperti tomat tetapi berdiameter super mini sekitar 1cm nya ini tidak kunjung hilang walaupun sudah minum 2 gelas teh tawar.
Halaman Parkir POS I dipenuhi Mobil pribadi, Pick Up dan motor.

Perjalanan dilanjutkan kembali, sekitar pukul 15.00 WIB kami tiba di pos lapor/pintu masuk pertama Papandayan, disini sudah tampak puluhan mobil  terparkir rapi dan puluhan motor disudut lainnya. Setapak demi setapak kami langkahkan kaki ini, kesan pertama saya--Gunung Papandayan ini memang mempunyai jalur yang tidak sulit seperti yang saya prediksi sebelumnya,  menuju kawah papandayannya pun kami lalui sangat mudah. 


Jalur pendakian menuju kawah papandayan


Di titik pertama ini kami berhenti dan berphoto ria. Bau belerang tercium dengan jelas ditempat ini bahkan saya sempat mual hebat saat angin berhembus membawa bau belerang tepat ke arah kami.


Tiba di Kawah Papandayan, Asap belerangnya keluar dari banyak titik.
Sekitar 10 menit setelah beristirahat dan merekam momen indah kedalam frame kamera, kami melanjutkan perjalanan kembali, disinilah mulai terasa beratnya medan Gunung Papandayan, jalanan mulai menanjak, medan kering yang licin serta nafas yang mulai tersengal-sengal dan detak jantung yang terasa sudah berada dipuncak kemampuan pacunya. 


Kawah aktif Papandayan dengan air sungai kecil yang mengalir.
Sesekali saya istirahat dan memotret beberapa view Indah di Papandayan ini sampai akhirnya saya tersadar saya terpisah sekitar 100 meter dari rombongan, matahari juga mulai siap tenggelam. Dengan susah payah saya mengejar rombongan sambil setengah berlari di jalanan yang menanjak. Saat itu kondisi saya benar-benar letih, kehabisan nafas, detak jantung sangat cepat tak beraturan  dan sempat terlontar “Saya tidak akan mendaki gunung lagi, cukup gunung ini saja!!!” 


Jalur menuju POS 2 (berada di balik bukit disudut paling kanan photo).

Kesalahan saya memang karena mendaki sambil berlari seharusnya tidak perlu mengingat jarak 100 meter dengan rombongan cukup dekat tetapi karena jalan berkelok dan rombongan mulai tidak terlihat,  saya khawatir tertinggal jauh dan tidak melihat jejak mereka hehehehe.

Jangan ditanya kondisi saat itu, saya tetap kesal pada diri sendiri karena nafas tidak kunjung normal sedangkan jalur terus menanjak dan mereka terus melangkah... ya memang pos lapor II (Gober Hud) sudah didepan mata maka dari itu mereka terus melangkah tanpa menoleh ke belakang tetapi bagi saya yang tidak mengerti medan, ini seperti penyiksaan. Jadi ingin tertawa sendiri kalau ingat momen saat itu hahahaha ... karena setelah pendakian ini selesai saya ingin mendaki lagi ke gunung lainnya.




Setelah lapor di pos II masih harus jalan lagi?? Yang benar saja ..?? dan masih menanjak lagi?? Ya menanjak lagi tetapi kali ini tidak terlalu jauh, sekitar 10 menit jalan kaki kami sudah tiba di Pondok Salada. Setibanya, "Wawww ratusan tenda warna-warni sudah berdiri seperti bukan di puncak saja" ... dan hebatnya tenda kami pun sudah siap huni hehehe ..ternyata tour guide kami ini sudah menerjunkan timnya terlebih dahulu untuk mendaki dan mempersiapkan segalanya. Bersambung ke tulisan berikutnya ...... 



About HALOnetizen

4 comments:

  1. Bagus sekali, perjalanan yang mengesankan :D

    Terima kasih

    Simak juga kisah lain ttg perjalanan ini di sini:
    http://hotel88blog.wordpress.com/2014/11/04/hotel-88-goes-to-papandayan-mountain/

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih mas :) jangan sungkan2 ngajak lagi ya :D

      Hapus
  2. hehhe..
    sama kayak ane gan
    pertama naik papandayan banyak berhentinya
    tapi masih enak kok, di setiap pos masih ada yang jualan
    hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. klo aq dari awal masing2 orang bawa bekal air minimal 1,5 liter hehe

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.